Waktu Kecil yang Tak Akan Terulang: Mengenang Masa SD

Waktu Kecil yang Tak Akan Terulang: Mengenang Masa SD

Ada satu masa dalam hidup yang selalu membuatku tersenyum saat mengingatnya—masa kecil. Lebih tepatnya, masa SD. Bukan karena semuanya sempurna, tapi karena semuanya terasa tulus. Di sanalah pertama kali aku belajar tentang arti persahabatan, rasa takut, keberanian, dan harapan kecil yang belum ternoda oleh dunia orang dewasa.

📚 Hari Pertama Sekolah

Hari pertama masuk SD masih terpatri jelas dalam ingatanku. Aku menggenggam tangan ibu erat-erat, takut dan malu melihat begitu banyak anak-anak asing di sekelilingku. Ada yang menangis, ada yang tertawa, ada juga yang cuek seperti sudah terbiasa. Aku termasuk yang diam mematung, menyimpan ribuan pertanyaan dalam kepala kecilku.

Tapi semuanya berubah ketika seorang anak perempuan duduk di sebelahku dan berkata, "Namaku Rina. Kamu siapa?"
Satu kalimat sederhana itu membuka pintu ke dunia baru. Dunia persahabatan. Dunia kecil yang kemudian dipenuhi dengan coretan-coretan cerita tak terlupakan.

👧 Teman-Teman yang Kini Tinggal Kenangan

Ada Didi yang selalu membawa bekal terenak—roti gulung isi cokelat buatan ibunya. Ada Hendra yang selalu jadi juara lomba lari dan sering memamerkan giginya yang ompong. Ada juga Rina, sahabat pertamaku, yang selalu meminjamkanku pensil warna karena aku hanya punya tiga: merah, biru, dan hijau.

Kami bermain gobak sodor, petak umpet, dan kasti di lapangan sekolah. Kami tertawa, berlari, dan sering dihukum baris karena terlalu ribut. Tapi anehnya, tak ada satu pun dari hukuman itu yang terasa menyakitkan. Justru kami merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar—masa kecil yang hidup.

Kini, saat aku menoleh ke belakang, rasanya seperti melihat film usang yang diputar ulang. Masing-masing dari mereka sudah berjalan di jalan hidup yang berbeda. Ada yang bahkan tak kutahu kabarnya lagi.

🍱 Waktu Istirahat yang Dinanti

Jam istirahat adalah waktu paling dinanti. Bukan hanya karena lapar, tapi karena itulah waktu kami benar-benar jadi anak-anak. Kami duduk melingkar, saling berbagi bekal. Kadang kami barter: sepotong nugget ditukar dengan sejumput keripik. Ada yang licik, ada yang jujur, tapi semuanya tetap tertawa bersama.

Pernah suatu hari aku lupa membawa bekal, dan diam-diam Rina menyisihkan sebagian makanannya untukku. Saat aku bilang, "Nanti kamu lapar," dia menjawab, "Enggak apa-apa, asal kamu kenyang." Itu pertama kalinya aku belajar apa itu peduli.

📖 Pelajaran yang Tak Hanya di Buku

Masa SD bukan cuma soal membaca, menulis, dan berhitung. Kami belajar hal-hal yang tak tertulis di buku. Kami belajar bagaimana menunggu giliran saat main jungkat-jungkit. Kami belajar bahwa tidak semua orang akan setuju dengan kita, dan itu tak apa-apa. Kami belajar untuk memaafkan walau masih marah, karena besok pasti main bareng lagi.

Guru kami, Bu Retno, selalu berkata, "Kalau kamu berani jujur, kamu anak hebat." Kalimat itu melekat di benakku sampai sekarang. Sederhana, tapi kuat. Karena kejujuran adalah pelajaran seumur hidup.

🌧️ Saat Hujan Datang

Pernah suatu hari hujan turun deras ketika jam pulang. Banyak anak panik karena tak membawa payung. Tapi bagi kami, hujan adalah berkah. Kami lepas sepatu, berlari di bawah guyuran air langit, tertawa tanpa peduli. Sampai ibu datang memanggilku dengan wajah sedikit marah karena bajuku basah kuyup.

Itulah hujan yang tidak membuat sedih. Justru hujan yang menanam kenangan paling dalam. Hari ini, setiap kali hujan turun, aku selalu teringat aroma tanah basah di halaman sekolah, suara teriakan kecil kami, dan kehangatan masa itu.

🎒 Meninggalkan Masa Itu

Waktu berlalu cepat. Kami lulus SD, membawa tumpukan kenangan dan sedikit rasa takut menghadapi sekolah baru. Kami mulai tumbuh. Beberapa tetap berteman, beberapa menjauh perlahan. Hidup membawa kami ke arah yang berbeda, dan itu wajar.

Tapi yang tak berubah adalah rasa di dalam dada setiap kali mengingat masa itu. Ada kerinduan yang tak bisa dijelaskan. Rindu pada kebahagiaan tanpa syarat, pada tawa yang tak dibuat-buat, pada diri kita yang polos dan apa adanya.

💬 Jika Bisa Mengulang

Jika aku diberi kesempatan untuk kembali ke satu titik dalam hidup, aku mungkin akan memilih masa SD. Bukan untuk mengubah apa pun, tapi hanya untuk duduk di bangku kayu itu sekali lagi, melihat papan tulis hijau, mendengar suara bel sekolah, dan menatap wajah teman-teman kecilku yang kini entah di mana.

❤️ Penutup: Masa Kecil Adalah Harta

Masa SD mungkin terlihat sederhana bagi orang dewasa, tapi bagi hati kecil kita, itu adalah masa yang membentuk siapa kita hari ini. Di sanalah kita belajar mencinta tanpa syarat, bermain tanpa takut dihakimi, dan bermimpi tanpa batas.

Dan meskipun waktu tak bisa diputar kembali, kenangan itu tetap hidup—dalam tawa, dalam hujan, dan dalam hati yang tak pernah melupakan.
PT SURABAYA SOLUSI INTEGRASI
PT SURABAYA SOLUSI INTEGRASI PT SURABAYA SOLUSI INTEGRASI - JUAL BELI BLOG - JUAL BLOG UNTUK KEPERLUAN DAFTAR ADSENSE - BELI BLOG BERKUALITAS - HUBUNGI KAMI SEGERA

Post a Comment for "Waktu Kecil yang Tak Akan Terulang: Mengenang Masa SD"

support By Google News - Saifudin hidayat
Search Enggenering


Iklan Artikel 1


Iklan Artikel 2


Iklan Bawah Artikel


Iklan